Pakar Analisis Motif Gerakan Stop Berita Covid di Medsos

Jakarta, CNN Indonesia --

Pakar media sosial Drone Emprit Ismail Fahmi menganalisis data riuh postingan dengan narasi 'Stop Berita Covid'. Menurut Ismail narasi itu sudah cukup lama disuarakan oleh sebagian kecil netizen di media sosial, sejak pandemi Covid-19 mulai naik kasusnya di Indonesia, sekitar Juli 2020 lalu. Namun narasi itu tidak kuat.

Menurut Ismail, sekitar Januari 2021, poster 'Stop Berita Covid' dengan motif ekonomi 'Kami butuh penghasilan, pemasukan, makan' banyak disebarkan meski belum viral.

"Sekitar tanggal 3-4 Juli 2021, di Yogyakarta mulai beredar di group-group WhatsApp (WA) poster dengan narasi "Kami warga D.I.Y. (Daerah Istimewa Yogyakarta) kompak untuk tidak upload berita Covid. 'Kami ingin Jogja kembali aman dan damai'," ungkap @ismailfahmi, Rabu (28/7).


Beberapa hari berikutnya muncul poster serupa dengan template yang sama, mengatasnamakan warga Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Gresik, Banjarnegara, Jakarta, hingga Bojonegoro menyebar di WA dan media sosial.

"Puncak viral 15 Juli 2021, setelah poster ini jadi sorotan public dan media massa. Sebenarnya jumlah postingan yang mendukung poster 'Stop Berita Covid' ini tidak terlalu banyak di media sosial. Tapi karena kontroversial, cenderung 'toxic positivity' akibatnya jadi sorotan luas," ungkap Ismail.

Melihat kronologi di atas, Ismail menilai poster ajakan 'Stop Berita Covid' ini dibuat oleh sebagian masyarakat sendiri secara natural. Poster dari D.I.Y itu sepertinya menjadi contoh dan inspirasi untuk membuat template poster bagi kota-kota lain.

"Template poster berdasarkan kota itu ternyata disukai oleh sebagian masyarakat dari kota-kota lain, sehingga mereka turut mereplikasi dengan mengubah nama kota dalam template menjadi kota mereka masing-masing," tambah Ismail.

Dalam banyak postingan di Facebook, sebagian besar postingan poster tersebut mendapat sambutan positif dari komentator. Kolom komentar banyak diisi ungkapan dukungan untuk tidak membicarakan soal Covid-19.

Didominasi Motif Kesehatan

Motif utama yang ditangkap oleh Drone Emprit dari sebagian netizen yang menyuarakan narasi ini adalah motif kesehatan (70 persen) dan motif ekonomi (30 persen).

"Terkait motif kesehatan, berita Covid-19 membuat masyarakat panik dan stres, masyarakat umum dan pasien butuh semangat dan ketenangan," kata Ismail.

Sementara terkait motif ekonomi, masyarakat banyak kehilangan pekerjaan, pendapatan, butuh makan karena Covid-19.

"Sehingga berharap dengan tiadanya berita Covid-19, suasana seperti normal kembali, sehingga mereka bisa bekerja," kata Ismail.

Ismail melakukan riset 'Stop berita Covid' dalam 2 bulan terakhir, khususnya 17 Juni hingga 28 Juli 2021.

Secara garis besar postingan tersebut ada di Facebook(6700 post), 28 video YouTube, dan 150 postingan Twitter. Dari statistik jumlah post untuk tagar terkait #stopberitacovid, ditemukan sedikit 259 postingan.

"Poster Stop Berita Covid yang dishare di Twitter kebanyakan adalah laporan poster yang ditemukan di kanal lain (FB, WA). Ada juga netizen yang ikut meramaikan, misal @arbi_irlan untuk poster versi Jakarta," kata Ismail.

Sementara itu, percakapan di Twitter tidak banyak. Ada beberapa top influencers yang mengritik poster ini, antara lain @lantip, @cagubdij, @dickypusy, @fahrisalam, @anasanti_mila.Akun influensial yang mempromosikan poster ini lebih sedikit, seperti @arbi_irlan.

Narasi yang paling banyak dishare di Twitter adalah yang kontra terhadap poster stop berita Covid-19. Misal @dickypsy melihat ini sebagai "false positivity", melihat realitas tidak utuh, kenyamanan semu, sehingga bisa mengurangi kewaspadaan.

Sedangkan @lantip dan @cagubdij menyoroti poster stop upload berita covid yang dibuat dan menyebar di WAG masyarakat Yogyakarta.

[Gambas:Twitter]

(dal/DAL)

[Gambas:Video CNN]

0 Response to "Pakar Analisis Motif Gerakan Stop Berita Covid di Medsos"

Post a Comment